"Tukang KompLain"
"Tukang KompLain"
Barangkali manusia bisa disebut sebagai makhluk tukang komplain.
Yang diberi warna rambut hitam pengennya punya rambut pirang.
Yang keriting pengen lurus sedangkan yang lurus pengen keriting.
Yang gemuk pengen lebih kurus, yang kurus pengen lebih gemuk. Kalau
hujan pengen cuaca cerah, kalau lama tidak turun hujan juga mengeluh.
Persis seperti gambaran orang Israel yang terus menerus mengeluh selama
perjalanannya menuju ke Kanaan.
Kalo dipikir-pikir, bukankah
seharusnya mereka menjadi bangsa yang paling berbahagia karena bisa
melihat penyertaan Tuhan dengan cara yang ajaib setiap hari? Mereka
melihat dengan mata kepala sendiri tiang awan dan tiang api memimpin
barisan mereka. Mereka melihat laut Teberau terbelah, mencicipi roti
dari Sorga, mendapatkan air saat kehausan, makan buah korma saat
kelelahan, bahkan makan daging di tengah padang gurun! Tuhan membuat
pakaian dan kasut mereka tidak pernah rusak selama perjalanan panjang
itu. Berulang kali bahkan Tuhan Allah sendiri menemui mereka di tengah
perkemahan atau di atas gunung yang ditunjuk Tuhan. Mereka memiliki
Tuhan Sang empunya langit dan bumi, bukankah itu sudah lebih dari cukup
dan luar biasa? Tapi yang dilakukan mereka adalah persis seperti yang
kbanyakan kita lakukan setiap hari. Mengomel, mengeluh, menggerutu
ketika sesuatu tidak berjalan sesuai keinginan kita. Secara mata mereka
melihat penyertaan Tuhan, namun tidak mampu melihat kebaikan Tuhan..!
Sahabat… sadarkah kita bahwa complaining adalah dosa? Menggerutu,
mengeluh, protes dan mengomel adalah bentuk pemberontakan kita atas
kehendak Allah. Bilangan 14:11 memakai istilah “menista”. Terj. NIV
menyebutnya “provoke”, AV = “reject”, dan BIS = “melawan”. Berarti di
mata Tuhan, ketika kita mengeluh, hal itu sama dengan menghasut,
menolak, bahkan melawan Tuhan. Itulah sebabnya, hukuman bagi si tukang
complain tidak tanggung-tanggung : binasa di padang gurun!!
So, masih berani anggap enteng complaining ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar